gambar

gambar

Sabtu, 31 Januari 2015

Alampun menjadi "Galau",
Galau karena manusia ..

Galau dilihatnya
Hujan tidak, panaspun enggan
ini kemajuan atau bencana?
akibat banyak perbuatan

Perbuatan sadar atau tidak sadar
Perbuatan manusia
Semakin melupakan alam,
Alampun galau dilihatnya ..


Bogor, 17 Desember 2014
Ratu Intan P-







Kegalauan dan Kesakitan Karena Kehilangan


Assalamualaikum kawan,
Bismillah...  Apa kabar kawan semua? Sehat semua? Alhamdulillah..
Sudah lama sekali aku tidak mem-post di blog ini karena ada kesibukan lain. Kali ini aku ingin membahas tentang :
“ kegalauan dan kesakitan karena kehilangan ”
           Hari ini aku membaca buku karya Yasmin Mogahed, aku ingin meng-share sedikit ilmu yang aku dapatkan kepada teman-teman agar kalian tidak ada yang galau dan sakit karena kehilangan.
Teman-teman pernah merasakan galau? Kemudian sakit karena kehilangan?
Pasti temen-temen banyak yang menjawab “sudah tentu, siapa sih yang tidak pernah merasakan hal seperti itu?” . Ya, jawaban teman-teman betul, kita sebagai manusia pasti pernah merasakan hal seperti itu, namun pernahkah kita melihat dua kondisi yang sangat berbanding terbalik? Begini contohnya,
           Suatu hari si A kehilangan uang nya, kemudian dia menangis serta menyalahkan banyak orang atas kehilangan uang tersebut, dan Kondisi kedua Suatu hari si B kehilangan perhiasannya kemudian dia bersedih namun dia tdak menyalahkan orang lain, dia beristighfar dan mengevaluasi diri dan merasa mungkin ada rezeky seseorang di diri kita yang belum di sampaikan kepada orang lain (shadaqah dll).
Dalam buku Yasmin Mogahed ada satu kalimat atau penjelasan yang jujur membuat aku sangat tersentak. Kata2 tersebut adalah :

“ Tempat penyimpanan pada diri kita ada 2 yaitu hati dan tangan “

Ketika kita memiliki karunia (uang, mobil,orang atau yang sifatnya duniawi) seharusnya kita menyimpannya ditangan bukan dihati, ketika kita kehilangan karunia tersebut kita tidak merasakan sakit di hati melainkan sakitnya hanya di tangan. Sedangkan hati adalah tempat untuk satu-satunya dzat yang maha-Esa, maha-tinggi, dan maha-besar yaitu Allah Swt. Jadi ketika kita kehilangan Allah swt  itulah satu-satunya hal yang seharusnya membuat kita merasakan sakit yang amat dalam karena sakitnya bkan sekedar ditangan melainkan dihati. Bukan seperti kebanyakan orang sekarang, mereka banyak yang kehilangan Allah dari hati mereka namun mereka menganggap kehidupan mereka baik-baik saja. Padahal dibalik itu semua Allah-lah satu-satunya dzat yang manusia butuhkan. Seperti kalimat berikut :

“cukuplah Allah sebagai pelindung kami “

Jika teman-teman bertanya, Bagaimana untuk memasukan Allah kedalam hati kita?
Dalam buku tersebut juga dijelaskan, kita harus mengosongkan hati kita dari yang sifatnya duniawi, kita harus memindahkan karunia ketempat yang benar yaitu ditangan bukan dihati. Jadi ketika hati kita sudah kosong, maka kita lebih mudah untuk memasukan Allah swt kedalam hati kita.

Mari kita semua mengevaluasi diri kita kembali, menanyakan kepada diri kita apakah kita sudah benar meletakan antara karunia dan Allah ditempat yang sesungguhnya? Jika belum, mari kita sama-sama mengosongkan hati kita.
Semoga bermanfaat ...



                                                                  Bogor, 01 februari 2015
                                                                     Salam-Ratu Intan P