Kegalauan dan Kesakitan Karena Kehilangan
Assalamualaikum kawan,
Bismillah... Apa kabar kawan semua? Sehat semua?
Alhamdulillah..
Sudah lama
sekali aku tidak mem-post di blog ini karena ada kesibukan lain. Kali ini aku
ingin membahas tentang :
“ kegalauan dan kesakitan karena
kehilangan ”
Hari ini aku membaca buku karya
Yasmin Mogahed, aku ingin meng-share sedikit ilmu yang aku dapatkan kepada
teman-teman agar kalian tidak ada yang galau dan sakit karena kehilangan.
Teman-teman pernah merasakan
galau? Kemudian sakit karena kehilangan?
Pasti temen-temen banyak yang
menjawab “sudah tentu, siapa sih yang tidak pernah merasakan hal seperti itu?” .
Ya, jawaban teman-teman betul, kita sebagai manusia pasti pernah merasakan hal
seperti itu, namun pernahkah kita melihat dua kondisi yang sangat berbanding
terbalik? Begini contohnya,
Suatu
hari si A kehilangan uang nya, kemudian dia menangis serta menyalahkan banyak
orang atas kehilangan uang tersebut, dan Kondisi kedua Suatu hari si B kehilangan
perhiasannya kemudian dia bersedih namun dia tdak menyalahkan orang lain, dia
beristighfar dan mengevaluasi diri dan merasa mungkin ada rezeky seseorang di
diri kita yang belum di sampaikan kepada orang lain (shadaqah dll).
Dalam buku
Yasmin Mogahed ada satu kalimat atau penjelasan yang jujur membuat aku sangat
tersentak. Kata2 tersebut adalah :
“ Tempat
penyimpanan pada diri kita ada 2 yaitu hati dan tangan “
Ketika kita
memiliki karunia (uang, mobil,orang atau yang sifatnya duniawi) seharusnya kita
menyimpannya ditangan bukan dihati, ketika kita kehilangan karunia tersebut
kita tidak merasakan sakit di hati melainkan sakitnya hanya di tangan.
Sedangkan hati adalah tempat untuk satu-satunya dzat yang maha-Esa,
maha-tinggi, dan maha-besar yaitu Allah Swt. Jadi ketika kita kehilangan Allah
swt itulah satu-satunya hal yang
seharusnya membuat kita merasakan sakit yang amat dalam karena sakitnya bkan
sekedar ditangan melainkan dihati. Bukan seperti kebanyakan orang sekarang,
mereka banyak yang kehilangan Allah dari hati mereka namun mereka menganggap
kehidupan mereka baik-baik saja. Padahal dibalik itu semua Allah-lah
satu-satunya dzat yang manusia butuhkan. Seperti kalimat berikut :
“cukuplah
Allah sebagai pelindung kami “
Jika
teman-teman bertanya, Bagaimana untuk memasukan Allah kedalam hati kita?
Dalam buku
tersebut juga dijelaskan, kita harus mengosongkan hati kita dari yang sifatnya
duniawi, kita harus memindahkan karunia ketempat yang benar yaitu ditangan
bukan dihati. Jadi ketika hati kita sudah kosong, maka kita lebih mudah untuk
memasukan Allah swt kedalam hati kita.
Mari kita
semua mengevaluasi diri kita kembali, menanyakan kepada diri kita apakah kita
sudah benar meletakan antara karunia dan Allah ditempat yang sesungguhnya? Jika
belum, mari kita sama-sama mengosongkan hati kita.
Semoga
bermanfaat ...